Rabu, 02 Januari 2013

tasawuf,ilmu kalam,n filsafat





Pada hakikatnya semua agama
terbentuk berdasarkan wahyu dan tafsir terhadap
wahyu itu. Yang tersebut pertama bersifat pasti
dan tetap, oleh karena merupakan peryataan
aktual dari kehendak ilahi, serta mengandung
kebenaran-kebenaran abadi. Adapun tafsir
merupakan tanggapan hati nurani manusia
terhadap wahyu, dan karena hati nurani ini
berangsur-angsur terlibat, maka lalu bergantung
kepadanya.


Selama berabad-abad wahyu bertahan tanpa mengalami sesuatu perubahan
apapun; sedangkan tafsir, dalam perjalanan masa menjadi sasaran tekanan oleh kekuatan dalam maupun luar.
Tekanan –tekanan yang pada setiap babakan sejarah memberikan cirinya kepada masyarakat[1].
Bagaimanapun juga ketiga disiplin ilmu
itu Tasawuf, kalam dan tasawuf hadir didalam sejarah Pemikiran Islam dengan saling berjalinan, dan dalam istilah-istilah yang terumuskan dengan baik Tasawuf, Falsafah, dan Kalam.
Semuanya ini merupakan hasil, yang terkadang marginal. Pada sejarah tertentu ketiga-tiganya tak bebas dari serangan hebat kaum ortodoks kerana dituduh banyak mencampuri urusan yang dalam pandangan mereka, harus tetap terbatas bagi agama murni belaka. Tetapi semua itu dalam berbagai macam kadarnya, berakhir dengan penerimaan terhadapnya dan ketiganya telah memberi kemasyhuran terhadap peradaban Islam.

Pada artikel ini akan membahas terlebih dahulu pengertian dari disiplin ilmu yang tiga, yakni : ilmu tasawuf, ilmu kalam, dan ilmu filsafat, kemudian hubungan dari ketiga disiplin ilmu serta titik persamaan dan perbedaannya.

PEMBAHASAN
HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU KALAM DAN FILSAFAT

A. Pengertian Tasawuf, Ilmu Kalam dan Filsafat

Agama Islam menyimpan banyak sekali ilmu tentang pengetahuan didalamnya.
Dengan sumber yang berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah lahirlah beberapa disiplin ilmu keislaman yang ada saat ini, seperti ilmu kalam, tasawuf, filsafat, dan lain sebagainya.
Setiap disiplin ilmu yang itu mempunyai keterikatan yang tidak dapat dipisahkan. Untuk lebih mempermudah mengetahui hubungan antara tasawuf, ilmu kalam dan filsafat alangkah lebih baiknya kita mengetahui pengertiannya terlebih dahulu.

1. Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran (cara dan sebagainya) otak mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar denganNya.[2] Tasawuf, sebagai aspek mistisisme dalam Islam, pada intinya adalah kesadaran adanya hubungan komunikasi manusia dengan Tuhannya, yang selanjutnya mengambil bentuk rasa dekat (qurb) dengan Tuhan. Hubungan kedekatan tersebut dipahami sebagai pengalaman spritual dzauqiyah manusia dengan Tuhan, yang kemudian memunculkan kesadaran bahwa segala sesuatu adalah kepunyaan-Nya. Segala eksistensi yang relatif dan nisbi tidak ada artinya di hadapan eksistensi Yang Absolut.[3]
Salah satu disiplin ilmu yang berkembang dalam tradisi kajian Islam, selain Ilmu Kalam, Filsafat dan Fiqih. Tujuannya:
memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan.
Tasawuf berusaha mengetahui dan menemukan Kebenaran Tertinggi (Allah SWT); dan bila
mendapatkannya, seorang sufi tidak akan banyak menuntut dalam hidup ini.[4]

Abu al-Wafa’al-Ganimi at-Taftazani (peneliti tasawuf) menyebutkan karakteristik secara umum, baginya tasawuf mempunyai 5 ciri umum, yaitu:

1) Memiliki nilai-nilai moral.

2) Pemenuhan fana (sirna) dalam realitas mutlak.

3) Pengetahuan intuitif langsung.

4) Timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia
Allah SWT dalam diri sufi karena terciptanya
maqamat (makam-makam atau beberapa
tingkatan).

5) Penggunaan simbol-simbol pengungkapan yang
biasanya mengandung pengertian harfiah dan
tersirat.[5]

2. Ilmu Kalam
Menurut ahli tata bahasa Arab, kalam
didefenisikan sebagai ‘kata’ atau ‘lafaz’ dengan
bentuk mejemuk (ketentuan/perjanjian). Secara
teknis, kalam berarti alasan atau argumen rasonal
untuk memperkuat pernyataan.[6] Nama lain :
Ilmu Aqaid (ilmu akidah-akidah), Ilmu Tawhid
(Ilmu tentang Kemahaesaan Tuhan), Ilmu
Ushuluddin (Ilmu pokok-pokok agama). Disebut juga ‘Teologi Islam’.
‘Theos’=Tuhan; ‘Logos’=ilmu.
Berarti ilmu tentang ketuhanan yang didasarkan atas prinsip-prinsip dan ajaran Islam; termasuk di dalamnya persoalan-persoalan gaib.


mu=pengetahuan; Kalam=‘pembicaraan’;
pengetahuan tentang pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan logika.
Dasar Ilmu Kalam adalah dalil-dalil fikiran (dalil aqli) Dalil Naqli (Al-Qur’an dan Hadis) baru dipakai sesudah ditetapkan kebenaran persolan menurut akal fikiran. (Persoalan kafir-bukan kafir).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar