Semua terjadi atas ijin Allah SWT. Bila Allah mengijinkan, sekuat apapun seorang raja yang terlatih berperang dan berkelahi dengan beragam senjata akan tewas di tangan seorang bekas penggembala kambing. Hanya dengan sebuah ketapel sederhana ia menewaskan raja tersebut. Inilah kisah sang bekas penggembala kambing, Nabi Dawud A.S.
Kita pasti pernah dengar amalan puasa Daud. Ya, dia adalah salah seorang Nabi Allah yang amalan puasanya sangat disukai Allah, sehingga karena kehebatannya inilah Nabi Muhammad memberitahukannya kepada para sahabat.
Abdullah bin Amr meriwayatkan, “Rasulullah bertanya kepadaku, “saya mendengar kabar bahwa anda selalu berjaga di waktu malam (beribadah) dan berpuasa di siang hari.” “Benar, ya Rasulullah,” jawab saya. Nabi bersabda, berpuasalah dan berbukalah, salatlah dan tidurlah! Karena tubuhmu mempunyai hak terhadapmu, dan tamumu juga mempunyai hak terhadapmu. Cukuplah bagimu berpuasa sebanyak tiga hari pada tiap bulan.”
Abdullah berkomentar, ”Saya bertahan.” Nabi pun bersikeras pula. “Akhirnya saya memberikan alasan: Ya Rasulullah, saya kuat melakukannya. “Kalau begitu, berpuasalah tiga hari setiap minggu,” ujar Nabi. Abdullah berkomentar lagi, “Saya tetap bertahan.” Tapi Nabi bersikeras pula. Saya berdalih, “Ya Rasulullah, saya masih sanggup.” “Kalau begitu, berpuasalah seperti puasa Nabi Daud, dan jangan melebihi lagi!” sabda Rasulullah memperingatkan dengan keras. “Ya Rasulullah, bagaimana puasa Nabi Daud itu,” tanya saya. “Beliau sehari berpuasa, sehari tidak,” sabda Nabi.” (HR Ahmad dan lain-lain).
Abdullah bin Amr meriwayatkan, “Rasulullah bersabda, “Puasa yang lebih di sukai oleh Allah ialah puasa Daud, dan salat yang paling disukai Allah, ialah salat Daud. Beliau tidur seperdua malam, bangun sepertiganya, lalu tidur seperenamnya. Beliau berpuasa satu hari, lalu berbuka satu hari.” (HR Bukhari Muslim).
Kemampuan Nabi Daud berpuasa, ternyata menurun kepada anaknya, Nabi Sulaiman. menurut Ibn Abbas, Nabi Sulaiman berpuasa tiga hari pada awal bulan, tiga hari pada pertengahan bulan dan tiga hari pada akhir bulan. jadi beliau mengawali bulan dengan puasa, menjalani pertengahannya dengan puasa, dan menutupnya dengan puasa pula.
Sebetulnya hampir setiap Nabi memiliki tradisi berpuasa, seperti disebutkan di dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 183, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu (umat Muhammad) berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar bertakwa.”
Nabi Daud sangat terkenal sebagai Nabi yang memiliki suara yang sangat merdu dan tidak ada yang bisa menandinginya. Inilah karunia dan rahmat Allah atasnya. Apabila Nabi Daud bernyanyi melagukan kitab Zabur yang berisikan petunjuk dan tuntunan dari Allah SWT, maka orang-orang yang sakit menjadi sembuh. Jin dan Manusia serta burung-burung berkumpul di dekatnya untuk mendengarkan nyanyian itu, serta angin pun menjadi tenang, gunung, burung-burung ikut bertasbih memuji kebesaran Allah. Ketika ia memegang besi, maka besi itu menjadi lunak, seperti kertas, dan dapat dijadikan bermacam-macam keperluan hidup tanpa harus dibakar terlebih dahulu dengan api dan tidak perlu di tempa seperti kebiasaan orang pande besi (As-Saba: 10-11).
Nabi Daud AS adalah Rasul yang kuat agamanya dan luas kerajaannya. Ia dapat mempergunakan gunung-gunung untuk mempertahankan negaranya dari serangan musuh. Burung-burung berkumpul di dekat istananya, berbunyi, bertasbih memuji Allah. Diantaranya ada yang dipergunakan untuk mengantar surat-surat ke daerah yang jauh. Dia seorang ahli hukum, menghukumi manusia dengan seadil-adilnya.
Tatkala Daud bertasbih, memuji kepada Allah SWT pada waktu pagi dan petang, atas perintah Allah gunung-gunung dan burung-burung pun ikut bertasbih bersamanya. Segala burung pada waktu-waktu tertentu datang berkumpul menghadap Nabi Daud.
Allah SWT menurunkan kepadanya Kitab Zabur. Kitab suci ini berisi tasbih dan pujaan kepada Allah SWT serta kisah manusia dan Nabi-nabi terdahulu dan yang akan datang.
Saat Nabi Daud melagukan puji-pujian kepada Allah dengan suaranya yang merdu. Semesta alam pun mendengarnya dengan syahdu. Suaranya yang merdu, indah tak terlukiskan, maka gunung, pohon dan burung-burung pun ikut bertasbih memuja kebesaran Allah SWT bersama Daud (QS. As- Shad; 17-20).
Nabi Daud berpuasa sehari dan berbuka sehari. Sehubungan dengan itu, Rasulullah bersabda, “Sebaik-baiknya berpuasa (Sunah) adalah puasa Daud. Beliau berpuasa satu hari dan berbuka satu hari. Beliau membaca Zabur dengan 70 suara, beliau melakukan salat di tengah malam dan menangis di dalamnya, dan karena tangisnya, segala sesuatu pun ikut menangis, dan suaranya dapat menyembuhkan orang yang sakit dan orang yang menderita.”
****
Daud memang orang yang dipilih Allah SWT sehingga dia bisa beriman kepada Dzat Yang Maha Segalanya. Ia mengetahui keimanan kepada Allah SWT adalah hakekat kekuatan di alam semesta ini. Dalam perang, kemenangan baginya bukan semata-mata ditentukan canggihnya sistem persenjataan dan banyaknya jumlah pasukan.
Nabi Daud AS adalah keturunan yang ke 13 dari Nabi Ibrahim AS dari garis keturunan anaknya yang kedua yaitu Nabi Ishak. Beliau menjadi Raja menggantikan Thalut. Sedangkan di masa itu ada raja kafir yang bernama “Jalut.”
Sepeninggal Nabi Musa dan Nabi Harun, berlalulah tahun-tahun yang cukup panjang tanpa ada peristiwa mengejutkan. Bani Israel telah terusir dari negerinya disebabkan mereka ingkar terhadap kitab suci Taurat. Ketika itu mereka tidak lagi mengindahkan ajaran-ajaran kitab Taurat yang merupakan warisan ajaran Nabi Musa AS. Kitab Taurat telah hilang dan tercerabut dari dalam dada mereka.
Keadaan mereka sungguh tragis. Yang tersisa dari mereka hanyalah seorang wanita hamil yang hari-harinya dilalui dengan berdoa memohon kepada Allah SWT agar Dia memberinya seorang anak laki-laki dan menamainya Asymu’il, yang dalam bahasa Ibrani berarti “Allah SWT mendengar Doaku”.
Lalu anak laki-laki itu tumbuh menjadi dewasa. Ibunya mengirimkan dan menyerahkan kepada seorang lelaki saleh agar belajar kebaikan dan ibadah darinya. Anak lelaki itu pun berada dalam asuhan lelaki saleh itu. Pada suatu malam, ketika ia telah menjadi dewasa, dalam tidurnya ia mendengar suara datang dari sisi masjid. Ia bangun dalam keadaan ketakutan dan mengira bahwa gurunya memanggilnya. Lalu ia pergi menghadap gurunya dan bertanya. “Apakah Guru memanggilku?” sambil keheranan gurunya menjawab. “Ya, ya,” pasalnya ia tidak ingin anak asuhnya merasa ketakutan. Lalu ia pun tidur lagi.
Tak lama kemudian, suara itu pun datang lagi. Memanggil untuk kedua kalinya dan ketiga kalinya hingga ia pun terbangun. Betapa terkejutnya. Saat ia melihat ternyata sumber suara tersebut mengaku sebagai Malaikat Jibril seraya berkata, “Tuhanmu telah mengutusmu kepada kaummu.”
Pada suatu hari, Bani Israel menemui Nabi yang mulia ini (Nabi Samuel, yang nama Aslinya, Asymu’il). Mereka bertanya. “Tidakkah kami orang-orang yang teraniaya?” dia menjawab, “Benar.” Mereka pun berkata, “Tidakkah kami orang-orang yang terusir?” lalu Nabi tersebut membenarkan. Kaumnya berkata lagi. “Kirimkanlah untuk kami seorang Raja yang dapat mengumpulkan kami di bawah satu bendera agar kami dapat berperang di jalan Allah SWT untuk mengembalikan tanah kami dan kemuliaan kami.”
Nabi Samuel berkata kepada mereka. “Apakah kalian yakin akan menjalankan peperangan jika diwajibkan berperang kepada kalian?” mereka menjawab, “Mengapa kami tidak berperang di jalan Allah SWT sedangkan kami telah terusir dari negeri kami. ”Nabi Samuel berkata, “Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus Thalut sebagai penguasa kalian.” Mereka berkata, “Bagaimana ia menjadi penguasa atas kami, sedangkan kami lebih berhak mendapatkan kekuasaan. Lagi pula ia bukan seorang yang kaya, sedangkan diantara kami ada orang yang lebih kaya daripadanya.”
Mendengar keberatan dari kaumnya, Nabi mulia itu pun berkata, “Sesungguhnya Allah SWT telah memilihnya atas kalian karena ia memiliki keutamaan dari sisi ilmu dan fisik. Dan Allah memberikan kekuasaan-Nya kepada siapapun yang Dia kehendaki.”
Mereka bertanya, “Apa tanda-tanda kekuasaan-Nya? Jika itu pilihan Allah, kami tidak dapat berbuat apa-apa. Tapi agar kami yakin, tunjukkanlah kepada kami suatu tanda?” Nabi mulia itu menjawab, “Baik, sesungguhnya Allah telah mengenal watak kalian yang keras kepala, Imanmu tidak di hati, tetapi di kelopak mata. Pergilah kalian ke padang sana. Kitab Taurat yang dirampas musuh kalian akan kembali kepada kalian. Kitab itu akan dibawa oleh para Malaikat dan diserahkan kepada kalian. Itulah tanda-tanda kekuasaan-Nya.”
Para pemuka Israel pun pergi ke padang yang ditunjuk Nabi mereka. Benar saja, di sana Mukjizat tersebut benar-benar terjadi. Di sana mereka melihat peti perjanjian kitab Taurat. Tak ada alasan lagi, mereka pun akhirnya menerima penunjukan Thalut sebagai Raja mereka.
****
Tanpa menunggu lama, Thalut segera mempersiapkan diri, setelah pengangkatannya sebagai Raja, ia lalu memanggil putra-putra Israel yang cinta kemerdekaan untuk menjadi tentara. Ia membentuk sebuah pasukan tentara yang kuat untuk memerangi Jalut, yakni seorang penguasa yang gagah perkasa dan tak seorang pun yang dapat mengalahkannya.
Salah seorang dari tentara itu adalah Daud. Usianya masih belasan tahun. “Negara membutuhkan tenaga kalian, anak-anakku. Pergilah kalian berjuang membantu Raja Thalut. Tetapi kamu berdualah yang bertempur. Adapun adikmu, Daud, biarlah ikut untuk melayani keperluan kalian berdua. Ia akan membawa persediaan makanan untuk kalian, serta mengirim berita kepadaku!” kata Yusha, ayah Daud, berpesan kepada tiga orang putranya.
Maka pergilah ketiga bersaudara itu bergabung dengan tentara Raja Thalut. Sesuai dengan pesan ayahnya, Daud hanya berada di garis belakang. Tentara Thalut sudah tersusun rapi, mereka terdiri dari para pemuda dan orang-orang pilihan yang kuat. Mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai tanggungan, sebab hanya orang-orang seperti itulah yang dapat memusatkan diri pada pertempuran.
Berangkatlah pasukan itu ke medan perang. Mereka membawa segala macam senjata yang dapat dipergunakan untuk berperang. Tentara itu sangat sederhana jika dibandingkan dengan tentara Jalut yang jauh lebih maju. Sekalipun sudah menjadi tentara pilihan, Thalut ingin menguji ketaatan tentaranya pada perintahnya. Sebab masih ada orang-orang yang belum mau menerimanya sebagai Raja.
Tatkala hendak menyebrangi sungai, setelah berjalan dalam waktu yang cukup jauh dan melewati gurun dan Gunung sehingga mereka merasa kehausan, Thalut berkata, “Kita akan menyebrangi sungai itu. Ingatlah, tidak boleh minum air sungai itu lebih dari dua teguk, sekedar untuk membasahi kerongkongan. Barang siapa yang meminum air sungai itu sampai dahaga terobati, dia bukanlah tentaraku yang kupercaya. Kita memang sudah berjalan jauh, kita haus, sementara matahari sangat terik. Tetapi ingat, pertempuran yang akan kita hadapi lebih berat lagi daripada sekedar menahan haus. Kalau menahan haus saja kalian tidak sanggup, apalagi untuk memenangkan peperangan!”
Alangkah kecewanya Thalut, ketika tentaranya menyebrangi sungai, sebagian besar tidak mengindahkan larangannya, hanya sebagian kecil yang patuh. Sadarlah Thalut, kekuatannya tidak seperti yang dibayangkannya. Namun jalan mundur sudah tidak ada, apapun yang terjadi, ia harus menjalankan kewajibannya. Biarpun tentaranya tinggal beberapa orang ia tetap bertekad untuk meneruskan peperangan. Thalut ingat akan kata-kata Nabi mereka, Allah akan selalu melindunginya, mengkaruniai kemujuran dan kemenangan.
Akhirnya tentara Thalut bertemu dengan tentara Jalut yang gagah perkasa. Jumlah mereka jauh lebih banyak, senjata mereka juga lebih lengkap, semua di lindungi oleh baju besi. Pimpinan mereka bernama Jalut, seorang yang gagah perkasa. Badannya tegap, tingginya mencapai kurang lebih tiga meter. Sudah sangat terkenal, dalam setiap peperangan Jalut selalu mengamuk dengan ganasnya, tak seorang pun dibiarkan lolos dari sergapannya.
Kedua pasukan tentara yang saling berhadapan itu segera membuat pertahanan masing-masing. Melihat kekuatan tentara Jalut, tentara Thalut mulai berkecil hati. “Kami tidak sanggup menghadapi tentara Jalut. Mereka lebih banyak dan lebih lengkap peralatanya.”
Tetapi sekelompok kecil tentara Thalut tetap pada pendirianya. Mereka ini adalah pasukan yang tidak melanggar perintah Thalut tatkala mereka menyebrangi sungai itu. Mereka berkata, “Sudah sering terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak, dengan izin Allah, dan Allah beserta orang-orang yang sabar (Al-Baqarah: 249).
Sementara itu, Jalut si pemimpin pasukan yang perkasa itu terdengar berteriak-teriak. Suaranya menggelagar jauh melintasi gurun, menggema dari lembah ke lembah, membuat takut burung-burung. Jalut berteriak menantang, siapa jagoan dari tentara Thalut untuk berduel satu lawan satu.
Suara Jalut terdengar jelas, sekalipun cukup jauh. Tetapi tidak ada seorang pun tentara Thalut itu yang berani maju menantang Jalut. Meskipun ejekan dan hinaan datang bertubi-tubi dari Jalut, tentara Tahlut diam ketakutan.
“Siapakah orang yang berani menjawab tantangan Jalut ini? Sesungguhnya ini adalah kesempatan baik untuk memenangkan peperangan ini. Sebab jika Jalut kalah, tentara musuh itu pasti mudah dikalahkan. Mereka akan lari ketakutan. Sedangkan kalau peperangan melawan mereka semuanya, belum tentu akan menang!” pikir Thalut di dalam kemahnya.
Timbul keinginan ia sendiri yang akan menghadapi Jalut. Tetapi kalau ia gugur, tentaranya akan lari tunggang-langgang karena tidak ada yang memimipin.
****
Ketika Thalut sedang resah, masuklah menghadap seorang anak, badannya tegap, matanya bercahaya, wajahnya tampan, suaranya pun merdu, dialah Daud bin Yusya. “Saya ingin menutup mulut Jalut yang sombong itu!” kata Daud kepada Thalut.
“Di seluruh tentara yang banyak ini, hanya kau yang berani, tetapi kau masih anak-anak,” kata Thalut sambil menatap mata Daud dalam-dalam. Hatinya mengatakan, anak yang berdiri dihadapannya ini bukanlah manusia biasa. “Mungkinkah Allah telah mengirimkan anak ini kepadaku untuk memenangkan peperangan ini?” Pikir Thalut sambil membandingkan dirinya yang tadinya juga hanya seorang gembala, sama dengan Daud. Tetapi karena Allah SWT menghedaki, saat ini ia menjadi Raja.
“Beberapa hari yang lalu saya telah menangkap seekor singa karena ia hendak menerkam dombaku. Sebelum itu saya juga pernah membunuh seekor beruang ganas!” kata Daud meyakinkan.
Mendengar kata-kata Daud itu, Thalut tidak bimbang lagi, Daud di izinkan maju ke gelanggang. Maka di berikanlah Daud baju Zirah, pedang dan perisai. Namun ia menolak mengenakan baju besi, topi baja dan senjata yang diberikan kepadanya. “Saya tidak bisa menggunakan itu semua,” kata Daud.
Tetapi Jalut mengenakan baju perang dan bersenjata lengkap. “Kau memakai senjata apa?” tanya Thalut. “Saya pakai ini saja!” sahut Daud. Ia memperlihatkan sebuah tongkat, sebuah ketapel, dan beberapa batu kerikil. “Kau yakin akan menang dengan senjata itu saja,” tanya Thalut keheranan.
“Allah telah menyelamatkan diriku dari terkaman singa dan beruang ganas, kenapa Ia tidak menolongku dari pedang Jalut yang durhaka itu? Bukankah ia telah menghina Tuhan, Allah SWT?” kata Daud bersemangat.
Daud lalu berangkat, di iringi doa oleh Thalut, kemudian diarak keluar barisan tentara. Daud maju ke gelanggang dengan senjata apa adanya. Di sana Jalut sudah menanti seraya berkoar petentang-petenteng.
“Hai, bocah cilik! Apakah engkau sudah bosan hidup? Mana pedangmu, hah? Tongkatmu itu? Untuk memukul anjingkah itu? Atau untuk bermain dengan teman sebayamu? Sayang betul, engkau masih muda akan mati dulu. Kalau kau tetap menentangku juga, dagingmu akan menjadi makanan burung dan binatang buas!” kata Jalut berteriak-teriak menyombongkan diri.
Tetapi Daud tidak gentar, ia terus maju mendekat. Melihat Daud maju terus, Jalut mulai waspada. Ia mendekati tombak panjangnya yang dipancangkan beberapa buah tak jauh darinya.
“Jalut engkau boleh menyombongkan diri dengan tombak dan pedangmu. Boleh merasa aman dilindungi baju zirah dan topi bajamu. Tetapi percayalah, semuanya itu takkan mampu melindungimu. Ketahuilah, aku datang ini atas nama Tuhan, Allah SWT, yang menciptakan langit dan bumi serta seisinya, yang telah kau hina dan kau ejek selama ini. Sebentar lagi akan kita buktikan, pedang atau tombakmu yang menghabisi nyawaku, atau kehendak Tuhan yang berlaku atas dirimu!” sahut Daud menjawab tantangan Jalut.
Mendengar kata-kata Daud itu, Jalut amat marah sekali. Disambarnya tombaknya, lalu dilemparkannya ke arah Daud, tapi Daud menghindar dengan gerakan yang sangat tangkas. Berkali-kali Jalut melemparkan tombaknya, tapi tak satupun yang mengenai Daud, sebab ia selalau bisa menghindar.
“Sekarang giliranku!” teriak Daud. Daud mengambil ketapelnya, dengan batu kerikil sebagai pelurunya. Dengan gerakan yang sangat cepat, ketapel itu di tembakkan ke muka Jalut. Batu kerikil itu menancap diantara kedua alisnya. Darah mengalir membasahi matanya. Jalut tidak dapat melihat dengan jelas. Ia berteriak-teriak, meraung-raung kesakitan seperti seekor singa yang terluka.
Daud tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, batu kedua dan ketiga dilepaskannya, keduanya mengenai kepala Jalut. Penglihatan Jalut berkunang-kunang. Dunia terasa berputar. Akhirnya, Jalut yang bersenjatakan lengkap dan selalu di agung-agungkan itu tersungkur jatuh mencium tanah. Tak lama kemudian, dia pun mati, dengan cara yang sangat sederhana, dengan senjata ketapel.
Lalu Daud mengambil pedang Jalut. Sementara hampir seluruh pasukan lawan lari tunggang langgang karena ketakutan. Namun masih ada sisa-sisa tentara Jalut yang terpaksa bertahan, dan peperangan pun terjadi antara kedua pasukan itu.
Tentara Thalut di bawah pimpinan Daud bersorak sorai, kemenangan di pihak mereka. “Mereka mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan Daud membunuh Jalut. Kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) apa yang dikehendaki-Nya.” (Al-Baqarah: 251).
Bangsa Israel pun kembali memasuki kampung halamannya. Nama pahlawan Daud harum semerbak. Setiap orang membicarakannya, setiap orang mengisahkan keberaniannya, kegagahannya, kepintarannya. Namun tak kurang pula yang membicarakan ketampanan wajahnya.
Seluruh rakyat menghormati Daud, tidak hanya karena kepahlawanannya, tetapi juga budi pekertinya yang mulia, sifat-sifatnya yang terpuji, serta suaranya yang amat merdu. Segalanya menjadi bahan pujian yang tak habis-habisnya. Raja Thalut pun tak luput memujinya. Ia mencintai dan menghormati Daud. Ia lalu diangkat menjadi penasehatnya. Selain itu, Daud juga diserahi tugas untuk memimpin tentara sekaligus dijadikan menantu Raja, menjadi suami putri Raja yang paling cantik.
Namun Daud tidak begitu senang dengan semua itu. Ia pergi ke gurun dan gunung. Ia merasakan kedamaian di tengah-tengah makhluk yang lain. Di saat mengasingkan diri, Daud bertobat kepada Allah SWT dan memuliakan-Nya. Allah mengangkat Daud sebagai seorang Nabi dan memberinya Kitab Zabur. “Dan kami berikan Kitab Zabur kepada Daud.” (QS. Al-Isra: 55).
****
Ketika Allah mencintai seorang hamba, dia jadikan manusia juga mencintai mereka. Begitu pula yang terjadi pada Daud. Manusia mencintai Nabi Daud sebagaimana burung-burung, hewan-hewan dan gunung-gunung pun mencintainya.
Sungguh nama Daud menjadi pujaan seluruh negeri, ia tetap rendah hati, ia tidak pernah menyombongkan diri, bahkan tidak pernah menceritakan kepahlawanannya. Meski begitu, melihat hal demikian, timbul rasa cemburu dalam hati Raja Thalut, ia khawatir suatu saat, tak lama lagi, menantunya Daud akan mengambil tahta darinya. Padahal Daud tidak pernah berpikir untuk menjadi Raja. Bahkan ia tidak ingin di puja-puja, rakyatnya sendirilah yang memperlakukan demikian.
Maka, tatkala melihat perubahan sikap ayah mertuanya, ia sangat heran. Daud mencoba mawas diri, apa sesungguhnya kesalahan yang telah diperbuatnya. Mengapa Thalut sering bermuka masam terhadapnya? Daud tidak menemukan jawabannya. Ia merasa tidak melakukan kesalahan kepada Rajanya, tetapi tingkah laku Thalut semakin menjadi-jadi. Maka di tanyakanlah hal itu kepada istrinya.
Menurut sang istri, ayahnya merasa iri kepada Daud. Kecintaan kepada Daud yang semakin meluas dikalangan rakyat sudah melebihi kecintaan mereka kepada Rajanya. Hal itu sangat mencemaskan Thalut.
“Ayahku khawatir, karena semakin tinggi wibawamu, semakin merosot pula wibawa ayahku. Sungguh, semula ayahku seorang petani miskin, tetapi sekarang ia sudah merasakan nikmat menjadi orang yang berkuasa. Beliau tidak rela tahta yang di dudukinya diambil alih orang. Ayahku sudah lupa, ia menjadi Raja atas kehendak Allah SWT. Sebaiknya kita menyingkir saja dari sini.” Kata istri Daud seraya menangis.
Malam sudah larut, Daud tidak bisa memejamkan matanya. Akhirnya Daud menyerahkan semua persoalan itu kepada Allah SWT. “Jika Allah menghendaki, apapun bisa terjadi!” bisik Daud dalam hati, dengan pasrah dan tawakkal, Daud pun tertidur.
Keesokan harinya, tanpa di duga, seorang utusan datang memberi tahukan, ia dipanggil menghadap Raja, “Baik saya segera datang!” sahut Daud tanpa ragu. Tidak lama, Daud sudah berdiri di hadapan sang Raja.
****
“Daud!” kata Raja dengan muka manis yang dibuat-buat, “Belakangan ini hatiku selalu dibuat risau, soalnya musuh kita bangsa Kan’an, telah mempersiapkan tentaranya yang sangat kuat, mereka akan menyerbu kita. Mula-mula saya ragu untuk menugasimu. Kau tahu aku sangat menyayangimu, lagipula kau adalah menantuku. Tapi sekarang tidak ada pilihan lagi, tugas negara jauh lebih penting. Pimpinlah tentara kita ke luar kota, hadapi musuh di luar daerah kita. Hancurkan mereka, saya hanya ingin mendengar berita kemenangan!”
“Perintah Raja saya laksnakan! Jika Allah mengizinan, saya pasti kembali dengan bendera kemenangan!” sahut Daud dengan keyakinan penuh. Daud merasa ada tipu muslihat di dalam perintah itu, namun ia tidak ragu menjalankan perintah itu.
Memang sesungguhnya Thalut sedang mengatur rencana jahat. Ia mengharapkan Daud gugur dalam pertempuran itu. Ia tahu tentara musuh sangat kuat, sedangkan tentara yang dibawa Daud hanya sedikit jumlahnya. Thalut ingin memperoleh dua keuntungan sekaligus, Daud gugur, sedangkan musuh ikut binasa.
Tetapi apa yang terjadi? Daud memimpin tentaranya menyerbu ke tengah-tengah musuh yang sangat banyak jumlahnya. Seperti ada tentara malaikat yang membantunya turun dari langit. Tentara musuh di halaunya. Tentara musuh di hancurkan, sisanya lari tunggang langgang. Maka kembalilah Daud dengan bendera kemenangan. Sepanjang jalan Daud di elu-elukan rakyat. Kegagahannya di medan perang makin kesohor. Keharumanya sebagai pahlawan tiada tandingannya.
Thalut sangat kecewa ketika Daud kembali dengan kemenangan yang gilang gemilang. Maka timbullah rencana paling keji di hati Raja itu. Ia akan membunuh Daud dengan tangannya sendiri. Raja Thalut yang dulu alim itu, sekarang benar-benar dikuasai iblis. Namun rencana itu di ketahui oleh istri Daud yang telah memasang mata-mata di segenap sudut istana. “Sekarang kita harus menyingkir, ayah sudah mengatur rencana serapi-rapinya. Kau akan di bunuh, tidak akan bisa lolos jika kita tidak menyingkir terlebih dahulu!” kata istri Daud.
Pagi harinya, saat Thalut sudah tahu bahwa Daud telah lari, ia sangat marah, kesal dan kecewa bercampur rasa malu, karena rencana jahatnya telah bocor. Sekarang perselisihan dengan Daud sudah semakin terbuka dan hal itu diketahui oleh rakyatnya.
****
Tentara dan rakyat tahu bahwa Daud keluar dari Istana, desas-desus tersiar luas, Raja Thalut hendak membunuh panglima perang dan menantunya itu, Daud. Raja iri hati, dengki, takut kalau-kalau Daud semakin dicintai rakyatnya.
Mendengar hal itu, rakyat dan tentara bukannya menjauhi Daud, mereka tahu bahwa Daud adalah panglima perang gagah perkasa yang telah mengangkat derajat mereka. Ia telah menyelamatkan mereka dari ancaman musuh. Rakyat dan tentara pun berbondong-bondong pergi keluar kota. Mereka mencari Daud, saat menemukannya, mereka menyatakan kesetiaannya kepada Daud.
Raja Thalut semakin geram melihat pengaruh Daud. Sekarang sudah jelas Daud mempunyai tentara dan rakyat sendiri. Tentara dan rakyat hanya taat kepada Daud. Mereka tidak lagi mengakui kekuasaan Thalut. Tentu saja hal ini semakin membuat Thalut marah dan kalap. Ia ingin membinasakan Daud. “Apapun resikonya Daud harus dilenyapkan!”
Pada suatu hari Thalut memimpin pasukannya langsung untuk menghancurkan Daud. “Saya tidak ingin berperang kalau tidak karena terpaksa. Karena itu, sebaiknya kita mencari tempat bersembunyi,” kata Daud kepada para pengikutnya saat di laporkan kepadanya bahwa Thalut sedang bergerak maju.
Dipimpin oleh Daud sendiri, akhirnya mereka menemukan sebuah tempat perlindungan dalam gua batu-batu. Sangat sulit menemukan tempat yang aman itu. Sementara Daud memerintahkan tentaranya untuk menyusun siasat, tujuannya agar dapat mengelabui Raja Thalut dan tentaranya.
Benar saja, setelah berhari-hari Thalut dan tentaranya tidak berhasil menemukan persembunyian Daud, akhirnya Thalut memerintahkan agar semua tentaranya beristirahat karena kecapaian. Mereka pun terlelap tidur dengan cepat.
Para pengintai melaporkan kepada Daud, bahwa Raja Thalut dan semua prajuritnya sedang tidur kecapaian, tak jauh dari tempat persembunyian mereka. “Sekarang saatnya kita menghancurkan Thalut,” kata para pengikut Daud mendesak. Tetapi diluar dugaan, Daud menolak desakan para pengikutnya. “Belum waktunya kita menghancurkan mereka, saya yang akan memberikan pelajaran kepada Thalut”. Kata Daud.
Diiringi beberapa orang tentaranya, Daud mendatangi tempat Thalut dan pasukannya tidur, Daud mengambil sendiri Lembing Thalut yang diletakkan dekat kepalanya. Suatu perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang tidak mengenal rasa takut.
Bukan main terkejutnya Thalut saat terbangun dari tidurnya, dimana ia kehilangan senjata andalannya semua prajurit dan pengawal yang ditanyai tidak ada yang tahu. Keadaan gempar. Tiba-tiba muncul seorang utusan Daud.
“Lembing tuan tidak hilang, tetapi diambil oleh Daud selagi tuan tertidur lelap. Saya disuruh mengembalikannya. Daud tentu dapat membunuh tuan jika mau, namun beliau hanya ingin menyadarkan tuan, agar kembali insyaf. Hendaklah tuan segera bertobat kepada Allah SWT serta menjauhkan diri dari sifat-sifat buruk, dengki serta berburuk sangka,” kata utusan itu menyampaikan pesan Daud seraya menyerahkan lembing kepada Thalut.
Gemetar sekujur tubuh Thalut. Mukanya pucat. “Katakan kepada Daud, aku mengakui bahwa ia lebih adil dan lebih baik dari aku. Ia telah menunjukkan jiwa besarnya serta keluhuran budi yang luar biasa,” kata Thalut.
Di puncak bukit Daud dan beberapa pengikutnya tampak berdiri. Thalut memandangnya dengan terharu, marah, kesal bercampur malu. Berbagai perasaan bercampur baur dalam hatinya. Pikiran dan perasaannya benar-benar tidak menentu. Thalut pulang dengan perasaan kecewa.
Tetapi Thalut bukannya bertobat, malah semakain sakit hatinya. Ia ingin membuktikan bahwa ia mampu menghajar Daud. Lagipula kedudukannya tidak akan aman selagi Daud masih hidup. Lebih-lebih tentaranya sudah lebih dari dua pertiga bergabung dengan Daud.
Pada suatu hari Thalut kembali memimpin tentaranya, jumlahnya lebih besar, dengan peralatan yang jauh lebih hebat dan lengkap. Para pengintai melaporkan kedatangan Thalut kepada Daud, segera setelah itu, Daud memerintahkan tentaranya untuk bersembunyi demi menghindari perang saudara.
Maka dibagilah tentara Daud menjadi beberapa kelompok untuk mengelabui Raja Thalut dan tentaranya. Strategi Daud berhasil, mereka tidak menemukan persembunyiannya. Di lain pihak, Thalut dan tentaranya kelelahan dan istirahat hingga tertidur kelelahan. “Mereka semuanya telah tidur, kalau kita menyerang mereka, niscaya binasalah mereka, termasuk Thalut,” kata seorang prajurit pengintai melaporkan.
Daud dan beberapa pengikutnya yang paling setia lalu mendatangi Thalut dan tentaranya yang sedang tertidur lelap. Daud melangkahi beberapa prajurit musuh. Setelah sampai di dekat Thalut, ia mengambil senjata dan kendi berisi air yang di letakkan di dekat kepala Thalut. Kemudian dari atas bukit, tidak jauh dari tempat itu, Daud berseru sekuat suaranya.
“Lihatlah ini panah dan kendi Raja Thalut yang telah saya ambil sendiri dari dekat lehernya. Silahkan ambil kesini. Saya tidak bermaksud membunuh Raja Thalut, tetapi untuk memberikan peringatan yang kedua kali, agar tidak menuruti kata-kata iblis yang telah menguasai dirinya. Jika saya mau, tentulah saya dapat membunuhnya. Thalut, sadarlah…!”
Teriakan Daud itu terdengar sangat agung, seperti bukan suara manusia biasa. Kata-kata Daud itu amat berkesan di hati Thalut. Sekarang ia sadar, iblislah yang mendorongnya untuk merencanakan pembunuhan terhadap Daud. Thalut sekarang benar-benar insyaf, ia menyesal dan menangis, mencucurkan air mata, minta pengampunan Allah SWT.
Dengan langkah tertegun-tegun ia pulang ke Istananya. Setibanya disana, ditanggalkannya semua baju kebesarannya. Sekarang pikiran dan tujuan hidup satu-satunya hanyalah minta pengampunan Allah SWT. Ia ingin bertobat, menebus dosa-dosanya.
Tengah malam ia keluar dari Istananya, tidak seorang pun yang mengetahui kemana ia pergi. Ia pergi dan tak pernah kembali. Ia mengembara melepaskan rindu di hati. Rindu kepada pengampunan Allah SWT. Tak lama setelah kepergian Thalut itu, Daud dinobatkan sebagai Raja. Itulah yang menjadi kehendak Allah SWT.
Allah SWT memperkuat kerajaan Daud, dan selalu menjadikannya menang ketika melawan musuh-musuhnya. Allah menjadikan kerajaannya sangat besar, sehingga diakui oleh musuh-musuhnya meskipun tidak dalam peperangan.
Allah menambahkan nikmat-Nya kepada Daud dalam bentuk hikmah dan kemampuan untuk membedakan kebenaran dari kebatilan. Maka sempurnalah kenabian yang Allah berikan kepada Daud.
****
Bagaimanapun juga meskipun Daud seorang nabi namun dia hanyalah manusia biasa. Suatu ketika dia berdoa kepada Allah SWT agar diuji dengan ujian berat sebagaimana para nabi yang lain sehingga maqomnya bisa mendaki ke tingkat tertinggi pendakian spiritual. Dan Allah pun mengabulkan permohonan Daud.
Pada suatu hari, datanglah Iblis dalam bentuk burung yang sangat indah memasuki istananya yang bertingkat. Daud tertarik dan berusaha menangkapnya. Burung itu terbang dan hinggap di jendela. Saat mendekati jendela itulah, Daud melihat seorang perempuan sangat cantik molek yang sedang telanjang mandi di sebuah kamar mandi di rumah di bawah gedungnya.
Timbullah nafsu dan Daud kepada wanita itu. Disuruhnya para perwira kerajaan kepercayaannya untuk mencari informasi siapa wanita yang sedemikian menggairahkan tersebut. Ternyata diketahui, dia adalah isteri dari seorang seradadu tentaranya yang sedang maju ke medan perang.
Padahal saat itu daud sudah mempunyai istri berjumlah 99 orang. Nafsunya membuat keinginannya muncul untuk memperisteri wanita itu. “Ada baiknya menggenapkan jumlah isteriku menjadi menjadi 100 orang,” ujarnya dalam hati. Namun hatinya gundah, betapa tidak..si wanita menggairahkan tersebut sudah punya suami.
Daud memutar otak dan mencari cara agar suami wanita tersebut mati. Ketemu caranya: Suami wanita tersebut dipanggil dan diutus maju perang. Akhirnya dia pun tewas di tangan musuh. Wanita cantik molek menggairahkan tersebut kemudian dinikahinya.
Dosa tetaplah sebuah dosa. Kesalahan tetaplah sebuah kesalahan. Daud pun terkena hukum alam tersebut dan Allah SWT tidak akan menyalahi janjinya. Tuhan pun mengutus dua Malaikat ke Istana Daud. Pada suatu hari Nabi Daud berada di Mihrabnya melaksanakan salat dan beribadah.
Ketika memasuki kamarnya, ia memerintahkan para pengawalnya untuk tidak mengizinkan seseorang pun masuk menemuinya atau mengganggunya saat ia salat. Tiba-tiba dua orang laki-laki tak dikenal masuk ke kamarnya. Kedua tamu tak undang itu mengatakan bahwa mereka akan minta hukum yang adil dari Raja. Raja Daud heran, bagaimana kedua laki-laki itu masuk. Bukankah pintu gerbang dijaga ketat oleh para pengawal istana?
Daud pun bertanya, “Apa masalahnya?” laki-laki yang pertama berkata, “Saudaraku ini mempunyai 99 kambing betina, sadangkan aku hanya mempunyai seekor, ia telah mengambilnya dariku untuk menggenapkan miliknya menjadi 100 ekor. Ia mengajukan beribu macam alasan, sehingga sulit bagiku untuk menolaknya, lagipula ia memang lebih pintar berdebat denganku,” kata salah seorang laki-laki itu.
“Benarkah apa yang dikatakan oleh saudaramu itu? Tanya Nabi Daud kepada laki-laki yang seorang lagi. “Benar,” kata orang itu. “Kalau benar demikian, sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu untuk ditambahkan kepada kambingnya.
Daud terkejut ketika tiba-tiba dua orang itu menghilang dari hadapannya. Akhirnya, tahulah Daud bahwa kedua lelaki itu adalah Malaikat yang diutus oleh Allah SWT kepadanya untuk memberikan pelajaran dengan cara menyindir perlakuan Daud yang telah membunuh suami dari wanita cantik molek tadi. Padahal harusnya seorang raja justeru harus mengambil keputusan hukum yang adil dan melindungi nyawa rakyatnya.
Peristiwa memalukan itu membuat Daud merasa bersalah seumur hidup. Ia tunduk jatuh tersungkur kepada Allah SWT dan minta ampun kepada-Nya (QS. As-Shad: 25). Allah SWT mengirimkan Jibril untuk memberi perintah kepada Daud agar mendatangi arwah suami wanita tadi di kuburan dan memintanya untuk memaafkan dosa yang telah diperbuatnya. “Astaghfirullahaladzim, arwah tersebut tidak mau memaafkan saya dan dia hanya diam saja tidak mau mengikhlaskan kesalahanku” ujar Daud sambil menangis menjadi jadi.
Sejak mendapat teguran itu, Daud sangat malu kepada Allah SWT. Ia merasa kesombongannya sebagai raja sudah sangat melampaui batas dan harus dipupuskan dengan bertaubat nasuha.
“Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi, maka berilah keputusan diantara manusia dengan adil, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat di jalan Allah, akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.
Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya tanpa hikmah, yang demikian adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu, karena mereka akan masuk neraka.
Pantaskah kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh sama dengan orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi? Patutkah kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?” (QS Shad: 17-28).
Ibnu Abbas dan Mujahid mengatakan, kata “Al-Ayad” berarti kekuatan dalam ketaatan, maksudnya adalah kekuatan dalam beribadah dan beramal salih. Sedang Qatadah mengemukakan, Nabi Daud diberi kekuatan beribadah dan diberi taufik dalam memegang keyakinannya, sebagaimana telah disebutkan, Daud senantiasa melakukan “Qiyamul Lail” (salat Tahajud) dan mengerjakan puasa Dahr (puasa sepanjang tahun, sehari puasa, sehari tidak).
Sulaiman anaknya
Tuhan Maha berkehendak. Dia mengangkat derajat siapa saja yang dikehendakinya. Nah, dari isteri sang wanita cantik molek tadi, Nabi Daud beroleh seorang anak yaitu Nabi Sulaiman. Ia adalah anak yang cerdas, dan kecerdasannya itu tampak sejak masih kecil. Seperti biasa Daud duduk dan memberikan keputusan hukum kepada rakyatnya dan menyelesaikan persoalan mereka. Seorang lelaki pemilik kebun datang kepadanya disertai lelaki lain. Pemilik kebun itu berkata kepadanya,
“Tuanku wahai Nabi, sesungguhnya kambing laki-laki ini masuk ke kebonku dan memakan semua anggur yang ada di dalamnya. Aku datang kepadamu agar engkau menjadi hakim bagi kami. Aku menuntut ganti rugi.”
Daud berkata kepada pemilik kambing. “Apakah benar bahwa kambingmu telah memakan kebun lelaki ini? Pemilik kambing itu berkata, “Benar wahai tuanku.” Daud berkata, “Aku telah memutuskan untuk memberikan kambingmu sebagai ganti dari apa yang telah di rusak oleh kambingmu.”
Lalu Sulaiman yang saat itu baru berusia 11 tahun, berkata, “Aku memiliki hukum yang lain, wahai ayahku.” Daud berkata, “Katakanlah wahai Sulaiman.”
Sulaiman berkata, “Aku memutuskan agar pemilik kambing mengambil kebun laki-laki ini yang buahnya telah dimakan oleh kambingnya. Lalu hendaklah ia memperbaikinya dan menanam disitu sehingga tumbuhlah pohon-pohon anggur yang baru. Dan aku memutuskan agar pemilik kebun itu mengambil kambingnya sehingga ia dapat mengambil manfaat dari bulunya dan susunya serta makan darinya. Jika pohon anggur telah besar dan kebun tidak rusak atau kembali seperti semula, pemilik kebun itu dapat mengambil kembali kebunnya, dan begitu juga pemilik kambing pun dapat mengambil kambingnya.”
Daud berkata, “ini adalah keputusan yang hebat, wahai Sulaiman. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberimu hikmah ini. Engkau adalah Sulaiman yang benar-benar bijaksana.” (Al-Anbiya: 78-79).
Daud memerintah selama 40 tahun. Pemerintahannya mendatangkan kemakmuran, keadilan serta kesentosaan bagi rakyatnya. Ia meninggal dalam usia lanjut. Dalam kemuliaan dan kebesaran, putranya Sulaiman telah dipersiapkan sebagai penggantinya. Sulaiman pun kemudian mewarisi sang ayahanda: menjadi Raja dan juga sebagai Nabi yang termasyhur karena ketaatan, kekuatan, kekayaan dan kekuasaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar