Kitab Al-Hikam oleh Syeikh Ahmad Ibnu 'Athaillah
Setengah dari tanda bahwa seorang itu bersandar diri pada kekuatan amal usahanya, yaitu berkurangnya pengharapan terhadap rahmat karunia Allah ketika terjadi padanya suatu kesalahan atau dosa.
"Katakanlah : Hanya karena merasakan pertolongan dan rahmat Allah-lah kamu boleh bergembira, dan itulah yang lebih baik (berguna) bagi mereka dari pada apa yang dapat mereka kumpulkan."
(QS. Yunus 58).
Sedang bersandar pada amal usaha itu berarti lupa terhadap karunia rahmat Allah yg memberi taufiq (pertolongan), hidayat kepadanya yg akhirnya pasti timbul ia 'ujub, sombong, merasa sempurna diri, sebagaimana yg telah terjadi pada Iblis ketika diperintah sujud kepada Adam as, lalu ia berkata :
"Aku lebih baik dari dia (Adam)."
Tanamlah dirimu dalam tanah kerendahan, sebab tiap sesuatu yg tumbuh tetapi tidak ditanam, maka tidak sempurna hasil buahnya.
Rasulullah saw bersabda :"Siapa yg merendah diri maka Allah akan memulyakannya, dan siapa yg sombong, Allah akan menghinakannya."
Ibrahim bin 'Adham ra berkata :"Tidak benar2 bertujuan kepada Allah, siapa yg ingin terkenal."
Dari Mu'adz bin Jabal ra, bahwa Rasulullah saw bersabda :"Sesungguhnya sedikitnya riyaa' (pamer), sudah termasuk syirik. Dan siapa yg memusuhi seorang waliyullah, berarti telah melawan berperang kepada Allah. Dan Allah kasih sayang pd hamba yang taqwa, yg tersembuyi (tdk dikenal)
yang bila tdk ada, tidak dicari, dan bila hadir tidak dipanggil dan tidak kenal. Hati mereka sebagai pelita hidayat, mereka terhindar dari segala kegelapan kesukaran."
Nabi saw bersabda :"Andaikan perbuatan dosa itu tidak lebih baik bagi seorang mukmin dari pada 'ujub (berbangga diri dengan amal kebaikannya), maka tidak akan Allah membiarkan seorang mukmin berbuat dosa untuk selamanya."
Sebab 'ujub menjauhkan hamba dari Allah, sedangkan dosa menarik hamba mendekat kepada-Nya.
Ayyub as-Sakhtiyaany ra berkata : "Demi Allah tiada seorang hamba yang sungguh-sungguh ikhlas pada Allah, melainkan merasa senang, gembira jika ia tidak mengetahui kedudukan dirinya."
Maksudnya : tidak mengaku/merasa telah melakukan ini, itu ; atau aku sudah sampai sini, situ di sisi Allah.
Kewajiban seorang hamba adalah melulu beribadah dan taqarrub karena Allah semata, bukan karena takut neraka, dll.
Cukup menjadi balasan Allah atas ketaatanmu, jika Allah ridla (rela/senang) menjadikan engkau ahli taat/ibadat.
Maksiat yang menimbulkan rasa rendah diri dan membutuhkan rahmat Allah itu lebih baik dari perbuatan taat yang membangkitkan rasa sombong, ujub dan besar diri."
Wahai, saudaraku!
Hindari "ghibah" atau membicarakan aib, atau sesuatu yg tidak disenagi orang lain. Karena Rasulullah saw pernah bersabda : "Riba, itu ada 72 pintu. Yang paling ringan dari padanya adalah sama dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya (sendiri), dan riba yg paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki atas kehormatan saudaranya.
(as-silsilah as-Shahihah, 1871).
Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yg terdapat pada diri seorang muslim yg lain,
sedang ia tdk suka (jika hal tersebut dibicarakan). Baik keadaan jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, perbuatannya, bentuk tubuhnya, dll dgn cara membeberkan aib/menirukan tingkah laku, atau gerak tertentu dr orang yg dipergunjingkan dgn maksud mengolok-olok.
Nabi saw bersabda :"Barang siapa menolak (ghibah atas) kehormatan saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah akan menolak, menghindarkan api Neraka dari wajahnya.
(HR. Ahmad : 6/450)
"Barang siapa yg beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata baik atau diam."
(HR. Bukhary & Muslim).
QS. Al-hujurat : 12
Pengertian ghibah, dr sebuah hadits Imam Muslim, beliau membawa sebuah riwayat : Yahya bin Ayyub menceritakan kepada kami, demikian pula Qutaibah dan Ibnu Hajar mereka mengatakan : Isma'il bin al-'Alla menceritakan hadits kpd kami dari jalan ayahnya dari Abi Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda :
"Tahukah kalian apa itu ghibah?" Mereka menjawab :"Allah dan Rasul-Nya yg lebih tahu." ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar